Kemunculan pandemi Covid-19 memberikan dampak yang besar kepada umat Islam. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mencatat, ada 900 lebih ulama yang meninggal akibat pandemi. Meninggalnya para ulama menjadi titik rawan tersendiri bagi umat.
Ulama sebagai poros umat yang diharapkan kehadirannya harus berpulang, di tengah kondisi umat yang sedang tidak baik-baik saja. Terlebih proses pewarisan kepemimpinan umat belum sepenuhnya diserahkan kepada para ulama muda.
Maka di masa depan, perlu untuk mengupayakan kehadiran punggawa dakwah yang memiliki spesialisasi di bidang kesehatan, khususnya thibbun nabawi. Para aktivis tersebut diproyeksikan dapat mengawal kondisi kesehatan dan mengontrol kebutuhan gizi para ulama dan santri sebagai penerusnya.
Pembinaan para aktivis dakwah secara terpusat akan dilaksanakan di kompleks Masjid Safar Ad-Dawa’. Masjid dioptimalkan sebagai poros pergerakan dan pendidikan, dalam rangka merevitalisasi peran masjid yang kini mulai layu.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka pada bulan November 2021 dibentuklah Yayasan Addawaa Semarang Indonesia yang bertempat di Kecamatan Bawen, Kab. Semarang. Diharapkan berdirinya Yayasan Addawaa Semarang Indonesia mampu menyelesaikan solusi terkait kesehatan ulama dan ummat.
Hadirnya Yayasan Addawaa Semarang Indonesia diharapkan mampu menjadi poros kesehatan para ulama khususnya dan ummat pada umumnya. Hal ini berusaha diwujudkan melalui masjid sebagi poros peradaban, kemudian akan membangun lingkungan sekitar termasuk pondok pesantren yang akan diproyeksikan mecetak para santri aktivitis thibbun nabawi.
Spirit untuk menjadikan masjid sebagai titik tolak perubahan peradaban, menjadi visi besar yang bukan hanya menjadi wacana Ad Dawaa, namun juga menjadi wacana ummat.
Bukan hanya menjadi pekerjaan Ad Dawaa untuk mewujudkan, namun menjadi pekerjaan ummat pula. Kelak insya Allah akan kita saksikan mulai dari Semarang terang benderang karena kokohnya umat, dan semuanya bermula dari masjid.